Selamat Datang di BLOG Kesetaraan PPs. Riyadlatut Thullab Pasinan Lekok Pasuruan

Jumat, 19 Juni 2020

Nahwu versi Tasawwuf

Kitab ini mengupas sisi tasawuf berangkat dari pendekatan ilmu nahwu. 

Bagi yang ingin kitabnya, silakan diunduh di tautan berikut:

Dalam mukaddimah, Syaikh Al-Kuhani menyampaikan banyak kutipan tentang pentingnya belajar ilmu tasawuf. 

Salah satunya beliau bercerita: Sekali waktu Imam Syibli bertemu seorang budak perempuan berkulit legam. Wanita itu tampak gelisah dan terburu-buru. Imam Syibli menegurnya: “Be Careful! Selo saja jalannya, Bu” Perempuan itu menjawab: “Dia, Dia!” 
“Dari mana kamu?” tanya Imam Syibli. “Dia, Dia!” jawab perempuan itu. 
Singkatnya, ditanyai apapun jawabannya “Dia, Dia”
Siapa yang kau maksud “Dia” itu?“, Setiap ditanya Dia terus jawabanmu.  Sudah berapa kali kau menjawab “Dia”? Imam Syibli mulai kesal dan penasaran.
“Tak kan berhenti aku menyebut “Dia”!
Dengan sedikit kesal Imam Syibli bertanya: “apakah yang kau maksud “Dia” itu Allah?

Sesaat setelah mendengar nama Allah disebut, perempuan itu langsung kaget, histeris, dan meninggal.

Imam Syibli kaget tapi ia masih bisa menguasai diri dan hendak mengurus jenazah perempuan itu. 

Dan ketika imam Syibli hendak mengurus jenazah perempuan itu, tiba-tiba ada suara.

Suara tanpa rupa dan berkata “Hei Syibli, dialah orang yang diliputi rasa cinta kepadaKU, lelah mencari-KU, sibuk menyebut nama-KU, dan mati karena atas nama-KU. Biarkan jenazahnya AKU yang mengurus”

Imam Syibli kaget dan saat itu pula jenazah wanita itu lenyap.
====

Definisi “Kalam” bagi ulama tasawuf adalah Tiadanya jarak antar ucapan dan perbuatan. Kalam atau omongan itu tiada arti dan guna jika tidak dikeluarkan dari hati.

Ucapan yang keluar dari hati akan membekas. Sebaiknya ucapan yang hanya keluar dari mulut semata, maka tiada guna.

Kaidah seorang Ulama: Seorang yang hanya mengucapkan satu kata tapi jujur, punya potensi untuk menyelesaikan 1000 masalah. Sebaliknya, seorang yang berbusa-busa dengan kebohongan, ia akan kesulitan menyelesaikan masalah, meskipun cuma satu.
====
Kalam dibagi menjadi tiga:
(1) Kalimat Isim
(2) Kalimat Fi’il
(3) Kalimat Huruf yang punya makna.

Yang dimaksud kalimat isim adalah: dzikrullah dengan senantiasa menyebut asma Allah.

Tugas seorang hamba adalah menyuarakan asma Allah dan dzikrullah.

Upayakan selalu menyebut namanya: lisan dan hati.

Yang dimaksud kalimat fi’il adalah: bermujahadah memerangi segala yang menjadi rintangan (hawa nafsu).

Misalnya: diam tidak usah banyak omong, tidak rebahan dan tiduran, tidak sibuk urusan perut terus.
====
Ini bagian yang menarik:

واهم العوائد الشاقة على النفس حب الرياسه والجاه

"Godaan hawa nafsu yang paling paripurna adalah gandrung terhadap kekuasaan dan jabatan."

Keduanya harus diperangi, salah satunya dengan, hidup dalam kesederhaaan dan khumul.

Yang dimaksud Kalimat Huruf adalah keinginan yang kuat dan upaya yang maksimal untuk wushul kepada Allah.
====
Tanda-tanda Isim atau dzikir kepada Allah:
•Jar (harakat kasrah)
• Tanwin
•Alif lam
•Huruf jar

Apa maksudnya dari sisi tasawuf? 
Yang dimaksud "jar" adalah sikap merasa hina di depan Allah. 

Selain itu, "jar" bisa dimaknai juga rendah hati.

Lalu apa yang dimaksud tanwin? 
Ada tiga Tanwin yang disebutkan pengarang:
•Tanwin Tamkin
•Tanwin Tankir
•Tanwin iwald

Saya kutipkan bagian penjelasan soal Tanwin Tankir saja yang menurut saya cukup unik.

Penjelasan Syaikh Kuhani:

بأن ينكر من جميع الناس ويفر منهم حتى يتأنس بالله

"Anonimkanlah dirimu di depan umum dan sembunyikan identitasmu di hadapan manusia, sehingga kau bisa merasakan kenyamanan dengan Allah"

Manusia itu ada tiga jenis:
1. Orang awam. Cirinya hanya sebatas punya iman 
2. Orang saleh. Cirinya punya dan selalu berupaya untuk menempuh jalan sunyi kepada Allah.
3. Orang yang dekat dengan Allah. Cirinya punya iman, punya mursyid & selalu berupaya mendekat ke Allah.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar